Tuesday 2 August 2011

(ilmu) Anarchy atau Anarki

Dalam penggunaan sehari-hari istilah ini menggambarkan kekacauan, kekerasan, dan tidak adanya hukum. Berasal dari bahasa Yunani anarkhos, yang artinya ‘tanpa penguasa’, kondisi anarki terjadi ketika tidak ada pemerintahan yang menjaga perdamaian. Anarki biasanya diasosiasikan dengan masa kekacauan dalam revolusi dan kondisi sosial dan politik yang ekstrim. Beberapa pembuat film fiksi senang menggunakan konsep ini untuk menggambarkan masa depan umat manusia. Dalam hal ini anarki diartikan menjadi lawan dari berbagai kehidupan berbudaya yang menggambarkan secara ekstrim pesimisme terhadap potensi di diri manusia.

Mahasiswa Politik Internasional menggunakan istilah ini lebih spesifik. Politik internasional disebut anarkis karena tidak adanya negara atau koalisi antar negara yang memiliki kendali penuh terhadap sistem. Tidak ada pemerintahan pusat, menjadikan hal yang unik dari aktor di dalam sistem internasional adalah mereka negara berdaulat yang otonom, yang bertanggung jawab atas nasib mereka masing-masing meskipun mereka tidak mengendalikannya. Mereka menggunakan kuasa dan kendali yang sah atas wilayah masing-masing dan tidak tunduk kepada siapapun. Mereka sendiri yang menentukan kapan berperang, berdamai, dan bergerak bersama negara lain.

Thomas Hobbes adalah filsuf politik modern pertama yang menjelaskan hubungan internasional itu anarkis. Meskipun filosofi politiknya sebenarnya fokus kepada aturan dalam pemerintahan, tapi deskripsinya atas sifat alamiah dunia internasional telah memberi dampak yang besar bagi perkembangan teori hubungan internasional. Hobbes menggunakan pemikiran (yang biasanya disebut ‘domestic analogy’) bahwa kondisi alami suatu negara untuk menunjukkan kepada individu yang berakal kenapa mereka harus hidup dibawah aturan dan kekuasaan tertinggi yang absolut daripada hidup dalam kondisi tanpa aturan.

Ditambahkan, kondisi alami negara penuh dengan perjuangan dan pengorbanan dimana individu-individunya berjuang hidup. Tidak peduli seberapa kuat dan berkuasa, mereka ridak mampu secara utuh melindungi diri mereka dari serangan. Dalam kondisi ini, tidak aka nada waktu bersantai, bersosialisasi, atau tindakan beradab lainnya. Hidup yang menurut Hobbes ‘kotor, kasar, dan singkat’ akan dihabiskan untuk mengungguli lawan hanya demi bertahan hidup. Hubungan ini sangat mengekang sehingga mendorong individu-individu secara rela untuk untuk melepaskan kebebasan dan hak mereka demi perlindungan dan keamanan dari individu lainnya. Kebebasan dan hak ini mereka berikan kepada ‘sang penguasa’ atau Leviathan yang sebagai gantinya menjaga individu-individu ini.

Sangat mudah untuk melihat bagaimana pra-kondisi sosial ini diterapkan dalam hubungan internasional, khususnya bagi para realis. Mereka beranggapan ketidakhadiran penguasa tertinggi yang mampu mendorong aturan diatas sistem yang berlaku menjadikan negara yang dasarnya individual berada dalam kondisi tidak aman dan harus siap untuk melakukan apapun demi bertahan hidup dalam lingkungan berbahaya ini. ini menjadi salah satu alasan kenapa hubungan antara anarki dan perang sangat dekat.

Kini, realis menginterpretasikan konsekuensi anarki dalam hubungan internasional lebih bervariasi dan penuh pertentangan atau perdebatan dalam teori internasional. Beberapa liberal internasionalis setuju bahwa anarki itu penting, tapi menganggap realis melebih-lebihkan dampaknya dalam sikap suatu negara. Sama halnya dengan konstruktivis yang menerima anarkis sebagai kondisi karakteristik sistem internasional, tapi jika hanya sendiri maka tidak ada artinya. Sebagai contoh, anarki dari teman akan berbeda dengan anarki dari musuh, walaupun keduanya sama-sama bisa terjadi. Singkatnya, sifat dan dampak anarki antar negara tergantung pada tingkat analisa masing-masing yang saling berbeda satu dengan yang lain tergantung fokus teorinya, dan sejauh mana pembenaran karakter dan hubungan antara level yang berbeda.