Sunday 26 July 2009

(artikel) Palang Merah, Sebuah Gerakan Internasional

PENDAHULUAN

Gerakan Palang Merah dan Sabit Merah Internasional adalah gerakan kemanusiaan internasional dengan perkiraan relawan mencapai 97 juta orang seluruh dunia. Dan sekitar 300 ribu anggota penuh. Konferensi Internasional  tahun 1965 di Wina mengambil tujuh prinsip dasar untuk berbagai gerakan yang ada dan menjadi hukum pergerakan tahun 1986. Yaitu, kemanusiaan, keadilan, ketidakberpihakan, kemandirian, kesukarelaan, persatuan, dan universalitas. Mereka bertujuan untuk melindungi nyawa dan kesehatan manusia, menjaga kehormatan manusia, dan mencegah dan meringankan penderitaan manusia tanpa ada diskriminasi bangsa, ras, kepercayaan, kelas dan pendapat politik.
Penyebutan Palang Merah Internasional sebenarnya agak salah karena tidak ada organisasi resmi yang menyandang nama tersebut. Nyatanya gerakan ini terbentuk masing-masing secara mandiri dan terpisah-pisah, tapi bersatu dibawah satu gerakan dengan prinsip, objek, simbol, aturan, dan kepemimpinan yang sama. Bagian dari gerakan ini adalah:
1.      Komite Internasional Palang Merah (ICRC) adalah institusi kemanusiaan swasta yang didirikan pada tahun 1863 di Jenewa, Swiss. Ke 25 anggotanya memiliki kekuasaan unik dibawah hukum kemanusiaan internasional untuk melindungi kehidupan dan kehormatan korban internasional dari konflik bersenjata.
2.      Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Sabit Merah (IFRC) didirikan tahun 1919 dan sekarang mengkordinasikan kegiatan mereka dengan 186 gerakan Masyarakat Nasional di seluruh dunia. Pada tingkatan internasional, federasi ini memimpin dan mengatur, dengan kerjasama dari Masyarakat Nasional, bantuan dan pembangunan terhadap keadaan darurat skala besar. Sekretariat Federasi Internasional berpusat di Jenewa, Swiss.
3.      Masyarakat Nasional Palang Merah dan Sabit Merah berada hampir di seluruh dunia. Tercatat sebanyak 186 Masyarakat Nasional (National Societies) ICRC yang terdaftar sebagai anggota penuh di Federasi. Setiap pekerjaan yang dilakukan dilandasi prinsip hukum internasional dan aturan pergerakan internasional. Tergantung kondisi, situasi, dan kapasitasnya, Masyarakat Nasional boleh menempuh tugas meskipun tidak disebutkan dalam hukum kemanusiaan internasional ataupun dalam mandat pergerakan internasional.
  
PEMBAHASAN
A.   Sejarah, Struktur, Tujuan
Pada tahun 1859, Henry Dunant, seorang pengusaha Swiss, melakukan kunjungan ke Italia untuk bertemu dengan Kaisar Perancis, Napoléon III untuk mendiskusikan kesulitan-kesulitan dalam menjalankan bisnis di Algeria yang saat itu menjadi jajahan Perancis. Ketika dia tiba di sebuah kota kecil, Solferino, pada tanggal 24 Juni malam, dia menjadi saksi Perang Solferino, penyerangan dalam Perang Austro-Sardinian. Dalam sehari, sekitar 40.000 prajurit kedua belah pihak tewas atau terluka di medan pertempuran. Dunant yang masih terkejut dengan sisa dari peperangan tersebut, miris melihat tenaga medis yang begitu minim.
Dia begitu saja melupakan tujuan pertamanya, dan selama beberapa hari dia mengabdikan dirinya untuk menolong dan merawat mereka yang terluka. Dia juga berhasil mengorganisir bantuan tenaga yang begitu banyak karena masyarakat sekitar yang ikut membantu tanpa mendiskriminasi pihak lawan maupun kawan.
Kembali ke rumahnya di Jenewa, dia memutuskan menulis buku berjudul A Memory of Solferino yang dia publikasikan dengan uang dari kantongnya sendiri pada tahun 1862. Berkat koneksinya, dia bisa mengirim cetakan bukunya kepada para pemimpin politik dan militer penting di seluruh Eropa. Dia juga secara eksplisit menjelaskan dan menyemangati organisasi relawan dari masyarakat yang membantu juru rawat mengobati prajurit yang terluka dalam peperangan. Lewat bukunya dia berharap agar ada perjanjian yang tercipta berkaitan dengan jaminan keamanan kepada perawat dan rumah sakit lapangan yang bersikap netral demi menolong prajurit yang terluka dalam medan pertempuran.
Pada 9 Februari 1863, di Jenewa, Henry Dunant mendirikan “Komite Lima” bersama-sama dengan empat tokoh terkemuka dari keluarga terpandang di Jenewa. Mereka bertujuan untuk menguji sejauh mana keberhasilan ide Dunant dan sekaligus mengatur sebuah konferensi internasional tentang kemungkinan penerapannya secara kongkrit. Delapan hari kemudian, kelima orang tersebut mengubah nama komite mereka menjadi “International Committee for Relief to the Wound”. 26-29 Oktober 1863, akhirnya sebuah konferensi berhasil diadakan di Jenewa untuk membahas mengenai kemungkinan pengembangan pelayanan kesehatan dalam medan peperangan.
Konferensi ini sendiri dihadiri 36 individual, 18 perwakilan pemerintahan nasional, 6 dari NGO, 7 perwakilan asing yang tidak resmi, serta 5 anggota Komite Internasional. Negara-negara yang mendatangkan perwakilannya adalah Baden, Bavaria, Perancis, Inggris Raya dan Irlandia, Hanover, Hesse, Italia, Belanda, Austria, Prussia, Rusia, Saxony, Swedia, dan Spanyol. Hasil resolusi dari konferensi ini pada tanggal 29 Oktober 1863 diantaranya adalah:
·         Pendirian kelompok bantuan nasional bagi prajurit terluka
·         Netralitas dan perlindungan bagi prajurit terluka
·         Penggunaan relawan demi sebagai bantuan di medan perang
·         Organisasi yang melaksanakan konsep ini terikat perjanjian internasional
·         Pengenalan simbol yang digunakan oleh anggota medis adalah gelang lengan dengan palang merah.
Beberapa tahun kemudian, masyarakat nasional (national societies) dapat ditemukan hampir di seluruh negara di Eropa. Tahun 1876, komite tersebut mengganti nama menjadi Komite Internasional Palang Merah (ICRC), hingga hari ini.
Markas ICRC sendiri terletak di Kota Swiss Jenewa dan memiliki sekitar 80 kantor cabang di berbagai negara. Memiliki sekitar 12.000 anggota resmi di seluruh dunia dan 800 diantaranya berada di Jenewa, 1200 relawan bertugas mengatur bantuan dan misi internasional yang setengahnya adalah dokter, ahli pertanian, ahli mesin, analisis, dll, dan sekitar 10.000 perorangan di berbagai negara.
Organ yang memimpin ICRC adalah Direktorat dan Majelis. Direktorat adalah badan eksekutif dari ICRC yang terdiri atas Pemimpin Umum dan lima pemimpin dari bagian “Operasi”, “Sumber Daya Manusia”, “Bantuan Sumber Daya dan Operasional”, “Komunikasi”, dan “Hukum dan Kerjasama Internasional Gerakan”. Anggota Direktorat ditunjuk oleh Majelis untuk periode empat tahun. Majelis, termasuk didalamnya adalah seluruh anggota Komite, bertanggungjawab untuk menentukan tujuan, batasan-batasan, strategi-strategi, dan mengepalai masalah keuangan. Presiden Majelis juga sekaligus menjadi presiden seluruh Komite. Majelis juga memilih lima anggota Dewan Majelis yang berwewenang menentukan sebagian dari anggota Majelis. Anggota Dewan juga bertanggungjawab dala pengaturan pertemuan anggota Majelis dan memfasilitasi komunikasi antara Majelis dan Direktorat.
Tidak seperti anggapan orang-orang, ICRC bukanlah NGO tapi bukan juga sebuah organisasi internasional. Karena keangotannya yang terbatas hanya untuk warga Swiss, ICRC tidak memiliki peraturan secara terbuka ataupun pembatasan keanggotaan perseorangan seperti halnya NGO resmi pada umumnya. Kata “internasional” dalam ICRC sendiri tidak bermaksud mengenai keanggotannya tapi cakupannya yang mendunia atas segala kegiatannya seperti yang tercantum dalam Konvensi Jenewa. ICRC memiliki hak dan kekebalan istimewa di banyak negara, berdasarkan hukum negara tersebut atau melalui perjanjian antara Komite dengan pemerintahan negara yang bersangkutan.

B.   Analisis Kasus
Ingrid Betancourt adalah seorang Kolombia kelahiran 1961 yang menjadi warga negara Perancis setelah dinikahi Betancourt Hubby seorang diplomat Perancis pada tahun 1983, seorang Perancis yang juga memberikannya nama belakang Betancourt. Ingrid mendapatkan pendidikan burjois di Paris dari ayahnya yang juga seorang diplomat Perancis. Ibunya sendiri merupakan mantan Miss Kolombia yang menjadi politikus.
Pada tahun 2001, Ingrid mengadakan kampanye untuk menjadi seorang presiden dengan mengkritisi kelompok FARC yang Marxis. Karenanya, dia mendapat peringatan dari pemerintahan saat itu untuk tidak berkunjung ke markas FARC di selatan Kolombia. Tapi dia mengacuhkannya dan tetap berangkat. Tanggal 23 Februari 2002, Ingrid Betancourt diculik bersama dengan asisten kampanyenya.
Pada tanggal 2 Juli 2008, Ingrid Betancourt dan belasan tawanan pemberontak FARC dibebaskan dengan mengecoh para penahannya. Petugas dari Kolombia, seorang agen intelijen militer, telah lama-lama berpura-pura menjadi pendukung FARC. Setelah berhasil menyusup, agen kemudian berhasil meyakinkan Cesar, komandan lokal yang bertanggung jawab atas sandera, untuk menyerahkan tahanan agar mereka bisa membawanya ke Alfonso Cano, pemimpin tertinggi gerilyawan.
Para sandera kemudian terbagi kedalam tiga kelompok untuk dibawa ke suatu tempat. Di pertengahan jalan, dua helikopter yang membawa sandera sebenarnya berisi agen-agen militer Kolombia. Dengan mudah mereka melumpuhkan gerilyawan yang kalah jumlah. Ingrid Betancourt bersama 15 sandera lainnya akhirnya berhasil diselamatkan.
 17 Juli 2008, berita yang sangat mencengangkan terjadi. Akibat kebocoran informasi, sebuah video yang menunjukkan rekaman ketika Ingrid dibebaskan menyulut kemarahan Palang Merah dan masyarakat dunia. Dalam video tersebut, terlihat bahwa ternyata agen intelijen militer Kolombia sedang menggunakan kaos yang bertuliskan ICRC ketika membebaskan Ingrid. Spontan saja, Kolombia terutama pemerintahannya dikutuk habis-habisan oleh masyarakat dunia khususnya para humanitarian. Permintaan maaf dari berbagai jajaran pemerintahan Kolombia yang ikut andil pun mengalir.

PERMASALAHAN
Presiden Kolombia Alvaro Uribe, menyampaikan permintaan maaf dan penyesalannya segera setelah video tersebut beredar. Dalam pidatonya, dia meminta maaf kepada warga internasional khususnya kepada Palang Merah. Menurut Uribe, salah satu prajuritnya memang telah menggunakan logo ICRC dalam penyelamatan sandera itu. Tapi itu karena prajurit tersebut gugup dan menentang perintah yang telah diberikan.
Jadi, prajurit tersebut menggunakan logo ICRC karena dia gugup saat proses penyelamatan. Ketika sampai di lokasi, prajurit yang dirahasiakan namanya ini gugup dan ketakutan melihat begitu banyak pemberontak sayap kiri di lokasi sandera ditawan. Jadi dia mengeluarkan kemudian menggunakan kaos yang memiliki logo ICRC agar dia tidak perlu takut untuk diganggui karena hak kekebalan Palang Merah yang istimewa.
Palang Merah sendiri memiliki peran besar dalam penyanderaan sekitar 700 sandera yang masih tersisa. Palang Merah telah bertahun-tahun berdialog dengan para pemberontak untuk menolong sandera yang masih ditawan. Ada 318 staf ICRC di Kolombia termasuk 57 orang non-Kolombia. Dalam situs resminya, ICRC mengatakan bahwa ini adalah “perbuatan menentang” (perdify). Penggunaan logo dalam masa konflik untuk melindungi pihak yang berperang atau peralatan militer adalah kejahatan perang dan melukai Konvensi Jenewa. “Kelompok yang bertikai harus menghormati logo Palang Merah dalam masa dan kondisi apapun”, menurut Yves Heller, juru bicara ICRC Kolombia. “Kami akan terus melanjutkan pekerjaan kami di Kolombia”, lanjutnya. Sementara menurut Dominik Stillhart, perwakilan pimpinan operasi ICRC,”jika terbukti, gambar ini akan menunjukkan penyalahgunaan yang kami kutuk”.
Menurut pengacara para pemberontak yang ikut tertangkap dalam helikopter, kliennya mengatakan bahwa perwakilan ICRC samaran telah menipu mereka padahal mereka telah menghormati hak-hak Palang Merah. Mereka juga menambahkan tiga dari empat orang dalam operasi tersebut menggunakan lambang ICRC. Jenderal pelaksana Kolombia, Mario Iguaran mengatakan bahwa ia meyakini hukum perdify tidak dapat diterapkan dalam kasus penyelamatan sandera karena menrutnya tujuan dari operasi militer ini adalah membebaskan sandera dan tidak menyerang atau melukai lawan.
            Kejadian ini merupakan suatu kesalahan yang sangat fatal akibatnya. Kepercayaan dan kehormatan merupakan hal yang sangat sulit untuk diraih dalam sebuah konflik. Bagi Palang Merah yang memiliki reputasi netral yang sangat baik, membuat pihak-pihak yang bertikai di masa yang akan datang akan lebih berhati-hati dan enggan.
            Hal yang sama sebenarnya pernah terjadi pada masa Perang Dunia II. Saat itu, seorang petugas ICRC yang sedang bertugas menolong di salah kamp konsentrasi milik Nazi menyelamatkan ratusan tentara Amerika dengan membocorkan rencana Nazi kepada mereka. Kejadian ini sangat mencoreng kehormatan dan harga diri Palang Merah. Dan yang paling parah dan merepotkan adalah nama ICRC baru bisa bersih pada tahun 1990.
            Akibat pengrusakan kenetralan dari salah satu anggotanya, pada tahun-tahun setelah Perang Dunia II staf dan anggota ICRC lebih banyak menjadi yang korban perang dibanding sebelumnya. Tercatat puluhan relawan meninggal dalam medan pertempuran. Mulai dari kendaraan mereka yang diserang, terkena serangan salah sasaran, hingga mereka memang dijadikan sebagai target penyerangan. Misalnya saja, 23 Maret 2003, Ricardo Munguia seorang pekerja saluran air bersih dibawah ICRC ditembak kepalanya dengan gaya eksekusi, badan berlutut sambil kepala menunduk.
            Sekedar informasi, saat pertama kali Palang Merah bekerja sama dengan Nazi tidak berlangsung begitu saja. Butuh waktu yang sangat lama karena Nazi menolak dengan alasan sudah ada Palang Merah di Jerman dan ketakutan atas akan terbongkarnya kamp konsentrasi yang menjadi tempat genosida (genosida sendiri belum tentu benar). Kerjasama terjadi setelah Palang Merah tanpa mengenal lelah terus membujuk dibantu dengan warga dunia, itupun dengan syarat. Petugas Palang Merah yang akan menolong harus tinggal di kamp sampai perang usai. Mengenai genosida sendiri, ICRC kecolongan karena mengetahuinya setelah perang usai.
            Peristiwa di Kolombia ini merupakan suatu alamat buruk akan pekerjaan para petugas Palang Merah di masa yang akan datang. Pemulihan nama baik dan pencitraan di mata masyarakat dunia terutama pihak yang berkonflik akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Hal ini akan menghambat proses penolongan para korban. Apalagi rata-rata pemberontak tidak pro-barat. Karena sebagian besar petugas Palang Merah adalah relawan dari Barat.
            Meskipun demikian untuk FARC sendiri, mereka mungkin masih mempercayai kenetralan ICRC. Karena di akhir Juli, pemberontak kembali menyerahkan 8 orang sandera yang mereka culik seminggu sebelumnya. Ini menunjukkan masih ada kepercayaan yang tersisa di mata para pemberontak kepada ICRC.
            Nama ICRC, yang menurut orang-orang telah bersih pada tahun 1990, tetap ada saja yang menganggapnya sebagai mata-mata atau musuh. Tercatat, semakin hari Palang Merah harus menanggung korban yang tidak sedikit dari pihak mereka. Meskipun mereka telah menggunakan logo ICRC pada mobil, baju, atau ban lengan.
            Mungkin salah satu alasannya adalah masih banyak pihak yang bertikai yang tidak menerima dan menghormati Konvensi Jenewa yang menyertai para relawan ICRC. Atau karena kurangnya pemberitahuan dan pemahaman kepada para anggota pihak yang bertikai. Atau yang paling parah adalah mereka memang mengacuhkannya
Saya ambil contoh, dalam perang di Afrika, ratusan ribu prajurit adalah anak-anak. Mereka didoktrin atas sesuatu yang mereka sendiri tidak pahami. Namanya juga anak-anak, mereka menelan setiap yang diberikan begitu saja. Dalam film Blood Money mereka diperintahkan untuk membunuh seluruh orang barat dan siapa saja yang mereka diperintahkan kepada mereka. Mereka diajarkan bahwa semua orang barat adalah iblis dan harus dibunuh. Kita semua tahu bahwa sebagian besar staf ICRC sekarang berada di Afrika karena konflik-konfliknya yang tidak mereda.

PENUTUP
            Konvensi Wina adalah landasan bagi hukum internasional. Pengingkarannya berarti penolakan terhadap ketetapan masyarakat dunia. Penggunaan logo ICRC, sengaja maupun tidak disengaja, adalah sebuah bentuk pelanggaran terhadap Konvensi Wina. Karena di dalam Konvensi Wina ada bab dan pasal yang mengatur mengenai penggunaan lambang Palang Merah serta berbagai hak dan kekebalan istimewanya. Apalagi dasar petugas Kolombia menggunakan lambang Palang Merah, menurut Presiden Kolombia Alvaro Uribe, adalah karena petugas mereka gugup dan ketakutan. Alasan yang sangat lucu saya rasa bila seorang petugas ketakutan kemudian menyembunyikannya dibalik lambang organisasi kemanusiaan.
            Mengenai pengrusakan kepercayaan, sebagai manusia saja, jika ada seseorang yang merusak janjinya atau melanggar apa yang telah dia ucapkan maka kita akan kehilangan kepercayan terhadapnya dan mungkin akan bereaksi acuh dan tidak mau ikut campur dan mempercayai kata-katanya, atau bahkan akan memusuhinya. Dalam konteks Palang Merah hal ini akan sangat berbahaya. Suatu saat pada medan pertempuran bisa saja mereka dianggap bukan lagi sebagai pihak netral tetapi pihak bukan-teman.
            Semoga hal ini tidak terjadi lagi di masa depan. Karena yang rusak bukanlah seseorang tapi sebuah badan yang melingkupi jutaan orang lainnya. Peristiwa ini bisa saja dipandang buruk oleh pihak lain di negara lain yang turut mempengaruhi kebijakan mereka terhadap staf Palang Merah lainnya. Dan juga, semoga peristiwa ini tidak dipandang sebagai sebuah kesalahan atas kepercayaan pemberontak terhadap Palang Merah tapi sebagai kelalaian bersama. Pemberontak lalai karena percaya begitu saja dan Kolombia lalai karena memiliki prajurit pengecut.

Dan bagi pihak yang masih bertikai di luar sana agar tetap menjaga kehormatan Palang Merah sebagai pihak netral, karena mereka membantu kalian. Ada peristiwa yang menurut saya sangat bodoh. Pada masa PD II, Mussolini ikut-ikutan menolak kehadiran Palang Merah seperti yang dilakukan Hitler. Akibatnya bantuan puluhan juta franc mengalir ke pihak Ethiopia yang notabenenya adalah lawan Italia. Jadi, jangan seperti Italia saat itu. Dengan menghargai kita akan dihargai.

No comments:

Post a Comment