Sunday 11 April 2010

(artikel) Syariah: Datang Dari Masa Lalu, Menghantui Masa Depan Inggris Raya


Krisis global yang melanda dunia masih hangat di telinga. Pemicunya adalah sistem perkreditan rumah di Amerika Serikat yang gagal dalam menyeimbangkan pembayaran angsuran rumah dan bunga yang terus meningkat. Inggris sebagai salah satu negara dengan kedekatan ekonomi yang cukup intim dengan AS ikut merasakan imbasnya. Bahkan tidak hanya Inggris tapi seluruh Eropa dan dunia. Disinilah sistem perbankan syariah keluar dengan berhasil bertahan bahkan berkembang pasca krisis yang baru saja terjadi. Pengakuan kemudian datang dari berbagai pihak. Beberapa sektor perbankan di Inggris sebenarnya telah menggunakan sistem ini, namun belum serius mengelolanya hingga krisis global menimpa.
Minyak, Edgware Road, dan Syariah
Jika ditarik jauh ke belakang, kehadiran sistem perbankan syariah di Eropa dimulai ketika Arab Saudi menemukan minyak pada tahun 1933. Selama puluhan tahun, pompa-pompa minyak pengusaha Arab mengalirkan minyak dengan jumlah yang terus meningkat. Makin meningkatnya angka kebutuhan minyak seiring berkembangnya zaman ikut mengangkat nama beberapa pengusaha Arab menjadi konglomerat dunia baru, khususnya dari keluarga kerajaan dan bangsawan. Apalagi ketika harga minyak melonjak pada tahun 2000. Disinilah perbankan Inggris melihat sebuah peluang bisnis milyaran dolar. Sistem syariah kemudian digunakan sebagai produk utama untuk menarik minat para pengusaha Arab untuk menyimpan keuntungan penjualan minyak mereka.
Selain faktor eksternal dari penjualan minyak pengusaha arab, ada satu lagi alasan utama mengapa Inggris menjadi negara yang berani menganut sistem perbankan syariah. Karena inggris memang memiliki pasar yang sangat potensial di dalam negeri. Tercatat tahun 2005 Inggris memiliki penduduk beragama Islam sekitar 1,8 juta jiwa. Dan Edgware Road, sebuah jalan utama di wilayah London Utara, adalah bukti terbaik. Wilayah ini sejak abad ke-19 mengalami peningkatan jumlah masyarakat muslim. Akibat hubungan dagang yang terus meningkat antara Inggris dan Kerajaan Ottoman yang kemudian disusul dengan migrasi warga mesir tahun 1950an, kehadiran masyarakat muslim terus bertambah di wilayah ini. Dan migrasi masyarakat muslim mencapai puncaknya pada tahun 1970an setelah pecahnya Perang Sipil Lebanon, jatuhnya Shah di Iran, dan konflik berkepanjangan Aljazair. Tidak heran jika wilayah ini menjadi wilayah pertama yang memiliki bank syariah.
Jalan Menuju Pusat Keuangan Syariah Dunia
Bukti keseriusan Inggris dengan sistem perbankan syariah dicerminkan oleh Menteri Keuangan Inggris Alistair Darling. Dalam pidato yang disampaikan di hadapan parlemen Inggris tanggal 12 Maret 2008 ia menegaskan bahwa pemerintah Inggris memiliki komitmen yang sangat kuat untuk mengkaji penerbitan sukuk negara. Buktinya adalah dengan memfasilitasinya melalui perencanaan penerbitan sukuk dalam APBN Inggris pada tahun 2008. Sejumlah langkah persiapan telah dilakukan sejak April 2007, termasuk meneliti dampak dari penerbitan sukuk ini terhadap pasar keuangan London dan sistem hukum di negara tersebut. Tujuannya adalah menjadikan London sebagai pusat keuangan syariah di dunia. Alistair Darling juga telah mendirikan lembaga keuangan terkait sistem perbankan syariah, yaitu HM Treasury Islamic Experts Group dan HM Revenue and Customs (HMRC) Islamic Finance Group.
Pada tahun 2007, Financial Services Authority (FSA) atau otoritas keuangan Inggris mengeluarkan laporan keuangan yang didalamnya ikut membahas langkah-langkah yang telah ditempuh Inggris terkait pengembangan sistem perbankan ini. Di dalam laporan tersebut juga terdapat beberapa rekomendasi yang mengisyaratkan pentingnya menyiapkan sumber daya manusia dengan kemampuan di bidang perbankan syariah untuk ditempatkan dalam Dewan Pengawas Syariah di Inggris.
Dalam Kompas.com Sultan Choudhury, Direktur Komersial Islamic Bank of Britain mengatakan bahwa alasan mengapa sistem syariah lebih tahan saat krisis global karena sistem perbankan syariah mendasari pembiayaan berbasis jaminan investasi aset nyata. Ini yang membuat perbankan syariah terhindar dari krisis global. Selain itu, perbankan syariah selalu menekankan pada pelayanan kerja sama, pembiayaan dan kemitraan. Menurut hemat Choudhury, “keunggulan inilah yang membuat perbankan syariah tetap menarik untuk semua orang”.
Kemampuan bank syariah bertahan dari krisis global baru-baru ini menjadi pembuktian bahwa sistem ini jauh lebih stabil dibanding sistem perbankan konvensional. Menurut hasil riset dari lembaga riset internasional Synovate, nasabah bank di Rusia adalah pihak yang paling khawatir terhadap dampak krisis global. Hampir 40% responden yang dijadikan sampel mengakui kekhawatiran tersebut. Sedangkan optimisme terbesar justru muncul dari nasabah bank-bank Arab Saudi yang menggunakan sistem syariah dengan angka 4%.
Terdapat beberapa fakta lain yang mendukung fenomena berkembangnya sistem perbankan syariah di Inggris. Berikut tujuh fakta yang dikumpulkan dari Harian Republika terbitan 11 Februari 2009 dan Kompas.com, antara lain: Pertama, saat ini terdapat 5 bank yang murni menerapkan syariah di Inggris, sementara 17 bank lainnya seperti Barclays, RBS, dan Lloyds Banking Group telah memiliki unit usaha syariah. Kedua, Aset perbankan syariah Inggris yang mencapai 18 miliar dolar AS (12 miliar pounds) melebihi aset bank syariah seperti di Pakistan, Bangladesh, Turki, dan Mesir. Ketiga, terdapat 55 universitas dan lembaga pendidikan lainnya di Inggris yang memiliki pendidikan keuangan syariah. Keempat, Inggris menduduki peringkat delapan dalam aset perbankan syariah di seluruh dunia. Kelima, Islamic Bank of Britain (IBB) atau Bank Syariah Inggris mencatat pertumbuhan pelanggan 5% dan pembiayaan pelanggan menanjak 13 % selama krisis global 2009. Keenam, HSBC yang merupakan sebuah bank raksasa dunia membuka kantor cabang bersistem syariah di Edgware Road, yakni HSBC Amanah. Dan terakhir, akibat kenaikan harga minyak keuntungan penjualan minyak di Timur Tengah menciptakan potensi transaksi keuangan sebanyak 3,4 triliun dolar AS. Dan 15% dari nilai tersebut dialokasikan untuk transaksi menggunakan sistem keuangan Islam (Islamic transactions).
Perkembangan sistem perbankan syariah tentu saja tidak terlepas dari peran serius pemerintahan Inggris dalam mengelola industri ini. Misalnya saja pemerintah telah melakukan pemotongan beberapa pajak dalam transaksi syariah sehingga dapat bersaing dengan transaksi dalam bank konvensional. Pemerintah juga telah mereformasi peraturan demi mendukung perkembangan sukuk (obligasi syariah) yang kini tumbuh pesat. Misalnya saja, melalui Financial Services Authority (FSA) atau lembaga pembuat regulasi dan pengawas sistem perbankan dan keuangan di Inggris sebagai regulator, dengan memberi kemudahan sekaligus melakukan efisiensi bagi sistem keuangan Islam, sehingga pengurusan melalui sistem syariah tidak berbelit-belit .Dan salah satu keseriusan sekaligus bukti keberhasilan Inggris mengembangkan syariah adalah dengan diselenggarakannya London Sukuk Summit pada bulan Juni 2008, dengan agenda utamanya antara lain adalah pembahasan tentang rencana pemerintah Inggris untuk menerbitkan sukuk di pasar retail. Jadi, syariah yang telah lama digunakan dalam sistem ekonomi Islam kini menghantui masa depan perekonomian Inggris, Eropa, bahkan dunia.

No comments:

Post a Comment