Monday 26 July 2010

(artikel) Asia Tenggara ke ASEAN

Asia Tenggara adalah sebuah kawasan yang menjadi rebutan terutama sejak Perang Dunia II. Selain karena sumber daya alamnya yang sangat melimpah, kawasan ini juga memiliki fungsi geostrategis yang sangat penting. Hal ini dapat dibuktikan dengan terjadinya beberapa konflik kepentingan dan ideologi di kawasan ini. Akibatnya, banyak pangkalan militer negara-negara besar berdiri di kawasan ini.
Dimulai sekitar abad ke-2 M, Asia Tenggara menjadi kawasan yang sangat kaya akan budaya. Asia Tenggara menjadi salah satu jalur perdagangan yang sangat ramai. Ditambah dengan banyaknya kerajaan yang berkembang dan kedatangan berbagai misionaris dan pedagang membuat Asia Tenggara memegang peranan penting dalam politik dan ekonomi. Satu persatu kerajaan besar tumbuh dan runtuh di wilayah ini. Mulai dari Kerajaan Champa, Kerajaan Khmer, Kerajaan Ayutthaya, Sriwijaya, hingga Majapahit. Ekspansi dari bangsa Eropa di Asia Tenggara dimulai oleh Spanyol. Kemudian AS di Filipina, Inggris di Myanmar, Singapura dan sebagian Kalimantan, Belanda di Indonesia, Portugis di Timor Timur, dan Perancis dengan Laos, Kamboja, dan Vietnam.
Salah satu titik yang paling parah pada Perang Dingin juga terjadi di kawasan Asia Tenggara. Perang Dingin membawa peperangan pada tingkatan ideologi, dan hal inilah yang “ditularkan” kepada seluruh dunia. Pada saat inilah istilah proxy war dikenal. Proxy war terjadi ketika negara-negara yang sedang berperang mendapat bantuan dari blok barat atau blok timur. Pada kasus di Asia Tenggara, proxy war menimpa Vietnam, Laos, dan Kamboja. Konflik yang kemudian disebut Perang Vietnam ini memakan korban hingga 5 juta jiwa. Selain dengan campur tangan dari negara lain, beberapa konflik juga terjadi karena perang kepentingan di Asia Tenggara. Hal ini bisa dilihat pada konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia, klaim Sabah antara Malaysia dan Filipina, atau berpisahnya Singapura dari Federasi Malaysia.
Disaat-saat konflik kepentingan inilah timbul rasa saling curiga dan tidak percaya antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Kawasan yang mulai terpecah ini kemudian menyadari bahwa perlunya sebuah bentuk kerjasama yang mampu mengurangi ketegangan ini. Sebuah perkumpulan yang mampu mengurangi rasa curiga dan meningkatkan kerjasama kawasan demi perkembangan negara-negara masing-masing. Beberapa organisasi kemudian terbentuk sebelum berdirinya ASEAN yang dikenal sekarang ini. Mulai dari Association of Southeast Asia (ASA), Malaya, Philipina, Indonesia (MAPHILINDO), South East Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO), South East Asia Treaty Organization (SEATO) dan Asia and Pacific Council (ASPAC). Setelah terbentuknya organisasi-organisasi awal tersebut, keadaan saling curiga dan konflik mulai berkurang.
Dampak dari kondisi yang semakin kondusif mendorong Menteri luar negeri Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand menjalankan pertemuan-pertemuan konsultatif. Terciptalah sebuah joint declaration dari negara-negara ini yang kemudian ditindaklanjuti hingga munculnya sebuah deklarasi yang dikenal dengan Deklarasi Bangkok. Deklarasi Bangkok atau Deklarasi ASEAN ditandatangani pada tanggal 8 Agustus 1967 oleh kelima negara tersebut. Sesuai dengan harapan awal penandatanganan perjanjian ini, tujuan dan prinsip ASEAN tercantum dalam tujuh poin. Yang intinya adalah equality, sovereignty, consensus and consultation, common interest, dan solidarity. Maknanya kurang lebih adalah setiap anggota memiliki kedudukan yang sama dengan menghargai kedaulatan masing-masing negara. Musyawarah menjadi cara menentukan kebijakan demi kepentingan bersama atas dasar kerjasama.
Sesuai dengan motivasi ASEAN, demi lingkungan kawasan yang stabil agar masing-masing negara fokus dengan pembentukan nation building, terbentuklah beberapa bentuk kerjasama dibawah ASEAN untuk membantu tercapainya tujuan tersebut. ASEAN Community adalah satu diantaranya.
Beberapa organisasi telah terbentuk sebelum ASEAN dengan tujuan yang hampir sama. Namun kesemuanya tidak dapat memberi kepuasan negara-negara anggotanya hingga akhirnya gugur satu-persatu. Akan tetapi, ASEAN yang telah berumur lebih dari 40 tahun mampu bertahan dan terus berusaha mengembangkan tujuan dan prinsipnya. Salah satu faktor penting yang turut menjaga keberadaan organisasi ini adalah kesamaan rumpun budaya para negara anggota. Melihat hal ini, dianggap perlu untuk menciptakan sebuah komunitas yang mampu mengintegrasikan masyarakat di Asia Tenggara dalam sebuah visi dan misi yang sama. Komunitas inilah yang disebut ASEAN Community.
Pembentukan Komunitas ASEAN sebenarnya telah disinggung pada visi ASEAN 2020, di Kuala Lumpur pada tahun 1997. Yang intinya adalah harapan atas pembentukan suatu komunitas negara-negara Asia Tenggara yang terbuka, damai, stabil dan sejahtera, saling peduli, diikat bersama dalam kemitraan yang dinamis di tahun 2020 nanti. Selain itu, komunitas ini bertujuan untuk membahas masalah lokal sebelum mempengaruhi seluruh kawasan. Kesepakatan pembentukan ASEAN Community sendiri terjadi pada KTT ke-9 melalui Bali Concord II pada tahun 2003 di Bali.
Sebenarnya banyak hal yang menjadi momentum kemudian mendorong lebih cepat hingga tercapainya kesepakatan pendirian Komunitas ASEAN. Misalnya saja, berakhirnya Perang Dingin, globalisasi yang terus menjadi wacana hangat, kebangkitan pengaruh ekonomi dan politik China dan India hingga akhirnya masalah krisis ekonomi yang melanda Asia. Hal ini dapat dirasakan dari perubahan sikap diplomasi ASEAN yang dulunya bersifat preventif dengan hanya menjaga hubungan masing-masing negara, kini menjadi diplomasi yang condong ke arah membangun sebuah komunitas demi menghadapi globalisasi.
Komunitas ASEAN terdiri atas 3 pilar, yaitu Komunitas Keamanan ASEAN, Komunitas Ekonomi ASEAN dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN. Berdirinya Komunitas ASEAN tersebut diharapkan mampu membuat masyarakat Asia Tenggara tidak gagap dalam menghadapi pasar barang, jasa, dan tenaga kerja global yang begitu bebas nantinya. Namun, rencana semula ASEAN dalam menerapkan komunitas ini dipercepat menjadi tahun 2015 melalui KTT di Cebu, Filipina pada tahun 2007.
Percepatan penerapan Komunitas ASEAN dilakukan mengingat kondisi dunia yang terus berubah semakin cepat. Globalisasi produk dan jasa terus masuk ke kawasan Asia Tenggara. Entah itu dari Amerika, Eropa, terutama China dan India. Hal ini mengingat China dan India kini menjadi negara yang paling pesat perkembangannya dan siap menjadi pusat industri dunia, sehingga pembentukan komunitas ini makin dianggap perlu. Karena, dengan berdirinya Komunitas ASEAN akan lebih memperkuat resistensi kawasan Asia Tenggara agar lebih bersiap dalam pasar bebas dunia sehingga tidak tertinggal atau terseret arus.
Dan penerapan tiga pilar Komunitas ASEAN akan menjadi cara dalam menyatukan kawasan Asia Tenggara. Pilar pertama yaitu Komunitas Keamanan ASEAN. Melalui pilar ini diharapkan sesama negara anggota ASEAN akan menjaga kondisi keamanan dan politik di masing-masing negaranya agar tidak perlu meluas menjadi masalah kawasan apalagi menjadi masalah internasional. Dengan kondisi kawasan yang terjamin akan menimbulkan kepercayaan dari negara-negara lain diluar kawasan. Sehingga arus investasi ke Asia Tenggara tidak akan menimbulkan keraguan negara-negara modal. Selain itu, dengan terciptanya kondisi stabil kawasan maka konflik lebih mudah dihindari, atau tersedianya solusi atas konflik yang sedang terjadi. Entah konflik tersebut terjadi antar etnis atau negara.
Kemudian pilar berikutnya, Komunitas Ekonomi ASEAN. Tujuan akhir dari pembentukan komunitas ekonomi ini adalah menciptakan sebuah masyarakat dengan perekonomian yang terintegras, dimana arus barang, jasa, dan investasi akan lebih mudah masuk. Pentingnya sebuah perekonomian yang bersatu agar terciptanya sebuah pasar tunggal. Dengan pasar tunggal, maka arah perekonomian akan lebih jelas sehingga lebih mudah dijalankan negara-negara anggotanya. Pasar tunggal juga dapat menentukan arus barang dan jasa di dalam kawasan sehingga tidak terjadi perebutan pasar tapi pembagian komoditas ekonomi yang jelas dan merata. Tidak perlu lagi ada rebutan pasar CPO antara Indonesia dan Malaysia, atau pasar beras antara Indonesia dan Vietnam, dan sebagainya. Terbentuknya ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) dan ASEAN Investment Area (AIA) menjadi bukti adanya sebuah mekanisme implementasi yang kuat ke arah pasar tunggal.
Komunitas Ekonomi ASEAN juga bertujuan untuk mempersiapkan negara-negara anggota ASEAN agar bersiap dalam menghadapi persaingan pasar bebas. Hal ini diwujudkan dengan memberikan atau memperkokoh fasilitas ekonomi atau bisnis peorangan, khususnya dalam sektor ril, kemudian membentuk mental dan kemampuan masyarakatnya dalam menghadapi pasar. Dalam hal ini adalah menciptakan pengusaha dan buruh agar memiliki kemampuan dan bakat yang dibutuhkan. Hal lain yang dibutuhkan selain kesiapan SDM adalah kesiapan teknologi dan infrastruktur ekonomi dalam kawasan umumnya, dan negara khususnya.
Pilar terakhir adalah Komunitas Sosial-Budaya ASEAN. Tidak dapat dipungkiri, kondisi sosial-budaya adalah salah satu hal yang membuat ASEAN masih ada hingga sekarang. Kondisi masyarakat dan lingkungan budaya yang sama pula yang menjadi motivasi utama pembentukan Komunitas ASEAN akan tercapai. Inti dari pilar terakhir ini dapat dipecah menjadi tiga, yaitu partnership sebagai sebuah komunitas, peningkatan standar hidup, dan warisan kebudayaan.
Kedepannya warga negara-negara kawasan Asia Tenggara tidak memandang negara tetangganya sebagai rival atau lawannya, melainkan “teman seperjuangan”. Masyarakat akan menyadari bahwa mereka harus bekerja sama demi mencapai tujuan bersama. Karena tanpa adanya rasa saling menghormati, kekompakan dan harmonisasi kehidupan bermasyarakat, akan menjadi sangat sulit ketika Asia Tenggara dihadapkan pada globaliasi dan kroninya. Dibutuhkan partnership sebagai sebuah komunitas.
Kemudian sesuai dengan tujuan awal terbentuknya suatu organisasi adalah peningkatan kehidupan masyarakat anggotanya. Dalam konteks pilar ketiga ini diharapkan masyarakat ASEAN tidak hanya dalam ekonomi namun akan mengalami peningkatan dalam berbagai bidang. Misalnya saja masalah pendidikan, kemudian pelatihan serta pemberian kemampuan kerja lainnya. Selain itu masalah perkembangan teknologi, dan masalah perlindungan sosial dan jaminan kesehatan. Karena seperti yang diketahui bersama, beberapa negara dalam kawasan Asia Tenggara masih belum siap menghadapi dunia yang lebih luas dengan segala kekurangan yang terjadi di negara masing-masing.
Salah satu langkah kongkrit dalam menghadapi masalah skill dan pendidikan di Asia Tenggara adalah dengan penawaran beasiswa oleh Singapura kepada 9 negara ASEAN lainnya, mulai dari SD, SMP, hingga SMA, yang mencakup biaya akomodasi, makanan, masalah kesehatan dan asuransi, biaya sekolah dan ujian. Beasiswa ini disebut juga beasiswa ASEAN. Kemudian didirikannya ASEAN University Network pada November 1995. Universitas ini didirikan oleh ke-11 negara anggota.
Mengingat keuntungan yang bisa didapatkan dari kawasan Asia Tenggara, akhirnya begitu banyak kepentingan yang bermain didalamnya. Salah satu negara yang cukup menjadi “ancaman” adalah China. Negara yang cukup dekat dari Asia Tenggara ini terus menancapkan pengaruhnya dalam bidang ekonomi bahkan militer. Dalam bidang ekonomi, dengan terus menanamkan investasinya dan melakukan kerjasama-kerjasama regional. Kemudian, dalam bidang militer dengan penjualan senjata yang memiliki harga yang lebih murah dibanding Eropa dan AS membuat China memiliki bargaining point yang kuat di Asia. Hal inilah yang mendorong wilayah Asia Pasifik, khususnya Asia Tenggara menjadi konflik kepentingan antara AS dan China. Hal inilah yang membuat dirasa perlunya mempererat hubungan antar sesama negara Asia Tenggara. Diperlukan sikap kolektif dalam menyatukan kekuatan untuk menghadapi tantangan ini. Demi mengurangi konflik kepentingan negara asing di kawasan Asia Tenggara.
Kemudian masalah perairan yang sering menimpa negara-negara maritim. Mulai dari masalah penangkapan ikan di wilayah negara lain, penyelundupan senjata dan narkoba, hingga imigran-imigran gelap. Banyak kasus di wilayah perairan yang terjadi akibat lalainya keamanan negara tersebut, kondisi dan suasana negara saat itu, atau ketertinggalan teknologi transportasi laut. Ketika Komunitas ASEAN telah terbentuk diharapkan semua masalah-masalah seperti ini tidak ada lagi. Karena salah satu pilarnya yang menganggap bahwa negara lain adalah teman, maka negara-negara akan saling bahu-membahu menyelesaikannya. Meskipun hingga saat ini belum ada wacana yang diangkat terkait menjadikan ASEAN sebagai sebuah blok atau pakta pertahanan.
Pendirian Komunitas ASEAN bukannya tidak menemui halangan dan hambatan. Banyak hal yang ikut menahan laju pembentukan komunitas ini. Misalnya saja masalah kedaulatan. Hal ini akibat masalah politik-keamanan adalah hal yang masih sangat sensitif di negara-negara Asia Tenggara. ASEAN menerapkan hak tidak diintervensi oleh negara lain sangat kaku sehingga sangat sulit untuk suatu negara mencoba mempengaruhi kebijakan suatu negara. Namun hal ini sangat sulit bahkan tidak mungkin dihilangkan, mengingat kondisi konstelasi politik di Asia Tenggara yang berbeda antar negara. Kekakuan ini juga menjadi salah satu alasan hingga beberapa negara yang cenderung totaliter, diktator, atau menerapkan militer akhirnya mau bergabung dengan ASEAN hingga genap 10 negara. Jadi kekakuan non-intervensi ini mungkin akan berlangsung cukup lama.
Masalah lain adalah masih adanya sedikit perasaan belum nyaman antar negara. Hal ini dapat dilihat dari konflik antar negara yang cenderung terjadi hingga saat ini. Mulai dari perang klaim warisan budaya, sikap militerisme yang opresif yang dalam suatu negara, perebutan kuil di perbatasan dua negara, dll. Sikap antar negara yang memang susah untuk mengalah membuat konflik antar negara sangat rentan terjadi dan sulit untuk terselesaikan.
Ketidaksiapan beberapa negara, entah dari segi teknologi, kualitas sumber daya manusia, atau kondisi politik dalam negeri, akan mempersulit langkah menuju Komunitas ASEAN. Dikhawatirkan persaingan bebas yang akan terjadi dapat menenggelamkan negara-negara yang belum siap. Contoh mudah, di Indonesia misalnya. Masalah pendidikan adalah sebuah isu yang belum terselesaikan hingga sekarang. Perbedaan kondisi pemdidikan di ibukota dan wilayah-wilayah pinggiran atau pedalaman sangat terasa. Mendiknas yang kemudian menerapkan penyamaan standar kelulusan membuat kondisi menjadi jauh lebih parah. Akibatnya banyak yang tidak lulus atau terancam tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Ketidaksiapan dari segi kualitas ini akan menciptakan kekalahan dalam persaingan nantinya, walaupun hanya sesama negara Asia Tenggara.
Hambatan berikutnya dan masih ada hingga sekarang dalam pembentukan Komunitas ASEAN adalah kepentingan pembentukan komunitas ini apakah justru menjadi tunggangan negara besar seperti AS. Dapat diperhatikan pada awalnya negara-negara di Asia Tenggara sebelum membentuk ASEAN terbagi atas ideologi negara masing-masing. Berdirinya ASEAN bertepatan dengan normalisasi hubungan Indonesia dan Malaysia oleh Presiden Soeharto. Sementara diketahui bersama bahwa naiknya Jenderal tersebut menjadi Presiden sangat sarat dengan peran Amerika Serikat. Dengan Supersemar yang kontroversial, Indonesia kemudian mulai membuka hubungan dengan negara-negara berasaskan liberalisme yang pernah ditinggalkan. Kemudian berbalik meninggalkan negara-negara komunis.
Pada awal pendirian ASEAN sendiri hanya ditandatangani oleh lima negara yang “kebetulan” tidak menganut komunisme. Kemudian setelah Perang Dingin berakhir satu-persatu negara-negara lain menyusul masuk menjadi anggota ASEAN. Brunei Darussalam masuk menjadi anggota ASEAN pada tanggal 8 Januari 1984, segera setelah merdeka pada 1 Januari 1984. Kemudian Kamboja menyusul setelah kondisi politik dalam negeri mulai stabil pada 30 April 1999. Namun, bisa diperhatikan bahwa dua negara yang mengadopsi komunisme menjadi bagian ASEAN setelah berakhirnya Perang Dingin sangat kental isu ideologi.
Vietnam menjadi anggota ASEAN setelah mereka mulai membuka negaranya sebagai tempat investasi asing. Tepatnya setelah menjalankan kebijakan Doi Moi yang lebih membuka pasar. Kemudian disusul yang AS membuka embargonya atas Vietnam pada 1994. Masuknya Vietnam ke ASEAN juga ditandai dengan penandatanganan yang dilakukan oleh Vietnam untuk memberi ruang birokrasi kepada non-komunis di Paris .
Berakhirnya Uni Sovyet sebagai sekutu penting Laos menyebabkan kepemimpinan partai komunis di Laos terancam. Hal ini diperparah dengan Vietnam yang menarik pasukannya dari Laos. Gonjang-ganjing dalam tubuh pemerintahan Laos memaksa diadakannya pemilu. Setelah Nouhak Poumsavan, presiden terpilih Laos menjabat, ia mulai melakukan normalisasi hubungan dengan Amerika Serikat setelah sebelumnya merubah susunan konstitusi yang sangat komunis.

Politik, ekonomi, dan sejarah dalam dunia internasional adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Mereka saling terkait dan menjadi satu paket yang sama. Dalam membahas politik akan diperlukan penjalasan ekonomi, dan begitu pula sebaliknya ketiganya saling berhubungan. Komunitas ASEAN memikul harapan besar banyak orang mengingat prinsip dan tujuan kolektifnya. Diharapkan komunitas ini akan mampu memperbaiki citra ASEAN khusunya di mata masyarakatnya sendiri yang mulai luntur dan dianggap tumpul. Tidak terhanyut penggalan-penggalan sejarah ASEAN sebagai sebuah kebanggan masa lalu. Kemudian kawasan Asia Tenggara jika telah menjadi sebuah komunitas maka negara-negara didalamnya akan memiliki bargaining position yang kuat di mata dunia internasional. Selain itu kawasan ini adalah sebuah pangsa pasar yang sangat luas, dengan sumber daya alamnya yang masih melimpah, dan jumlah tenaga kerja yang luar biasa membuat ASEAN dalam segi ekonomis sangat menarik minat negara-negara produsen dunia. Kondisi ekonomi kawasan Asia Tenggara akan mempengaruhi pengaruh politiknya di dunia. Sementara kestabilan kondisi politik kawasan ini akan menjamin keberlangsungan ekonominya. Tanpa terlepas dari sejarah dan kondisi negara-negara Asia Tenggara hingga saat ini. Karena semuanya akan saling mempengaruhi.

Referensi utama:
ASEAN MENATAP MASA DEPAN; 40 TAHUN ASEAN, Direktorat Jederal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri RI, Jakarta: 2007

No comments:

Post a Comment