Asia Tenggara adalah sebuah kawasan yang menjadi
rebutan terutama sejak Perang Dunia II. Selain karena sumber daya alamnya yang
sangat melimpah, kawasan ini juga memiliki fungsi geostrategis yang sangat
penting. Hal ini dapat dibuktikan dengan terjadinya beberapa konflik
kepentingan dan ideologi di kawasan ini. Akibatnya, banyak pangkalan militer
negara-negara besar berdiri di kawasan ini.
Dimulai sekitar abad ke-2 M, Asia Tenggara menjadi
kawasan yang sangat kaya akan budaya. Asia Tenggara menjadi salah satu jalur
perdagangan yang sangat ramai. Ditambah dengan banyaknya kerajaan yang
berkembang dan kedatangan berbagai misionaris dan pedagang membuat Asia
Tenggara memegang peranan penting dalam politik dan ekonomi. Satu persatu
kerajaan besar tumbuh dan runtuh di wilayah ini. Mulai dari Kerajaan Champa,
Kerajaan Khmer, Kerajaan Ayutthaya, Sriwijaya, hingga Majapahit. Ekspansi dari bangsa Eropa di Asia Tenggara dimulai
oleh Spanyol. Kemudian AS di Filipina,
Inggris di Myanmar, Singapura dan sebagian Kalimantan, Belanda di Indonesia,
Portugis di Timor Timur, dan Perancis dengan Laos, Kamboja, dan Vietnam.
Salah satu titik yang paling parah pada Perang Dingin
juga terjadi di kawasan Asia Tenggara. Perang Dingin membawa peperangan pada
tingkatan ideologi, dan hal inilah yang “ditularkan” kepada seluruh dunia. Pada
saat inilah istilah proxy war
dikenal. Proxy war terjadi ketika negara-negara yang sedang berperang mendapat
bantuan dari blok barat atau blok timur. Pada kasus di Asia Tenggara, proxy war
menimpa Vietnam, Laos, dan Kamboja. Konflik yang kemudian disebut Perang
Vietnam ini memakan korban hingga 5 juta jiwa. Selain dengan campur tangan dari
negara lain, beberapa konflik juga terjadi karena perang kepentingan di Asia
Tenggara. Hal ini bisa dilihat pada konfrontasi Indonesia terhadap Malaysia,
klaim Sabah antara Malaysia dan Filipina, atau berpisahnya Singapura dari
Federasi Malaysia.
Disaat-saat konflik
kepentingan inilah timbul rasa saling curiga dan tidak percaya antara
negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Kawasan yang mulai terpecah ini
kemudian menyadari bahwa perlunya sebuah bentuk kerjasama yang mampu mengurangi
ketegangan ini. Sebuah perkumpulan yang mampu mengurangi rasa curiga dan
meningkatkan kerjasama kawasan demi perkembangan negara-negara masing-masing.
Beberapa organisasi kemudian terbentuk sebelum berdirinya ASEAN yang dikenal
sekarang ini. Mulai dari Association of
Southeast Asia (ASA), Malaya, Philipina,
Indonesia (MAPHILINDO), South East Asian Ministers of Education
Organization (SEAMEO), South East Asia Treaty Organization (SEATO)
dan Asia and Pacific Council (ASPAC). Setelah terbentuknya organisasi-organisasi awal
tersebut, keadaan saling curiga dan konflik mulai berkurang.
Dampak dari kondisi yang
semakin kondusif mendorong Menteri luar negeri Indonesia, Malaysia, Filipina,
Singapura, dan Thailand menjalankan pertemuan-pertemuan konsultatif.
Terciptalah sebuah joint declaration
dari negara-negara ini yang kemudian ditindaklanjuti hingga munculnya sebuah
deklarasi yang dikenal dengan Deklarasi Bangkok. Deklarasi Bangkok atau
Deklarasi ASEAN ditandatangani pada tanggal 8 Agustus 1967 oleh kelima negara
tersebut. Sesuai dengan harapan awal penandatanganan perjanjian ini, tujuan dan
prinsip ASEAN tercantum dalam tujuh poin. Yang intinya adalah equality, sovereignty, consensus and consultation,
common interest, dan solidarity.
Maknanya kurang lebih adalah setiap anggota memiliki kedudukan yang sama dengan
menghargai kedaulatan masing-masing negara. Musyawarah menjadi cara menentukan
kebijakan demi kepentingan bersama atas dasar kerjasama.
Sesuai dengan motivasi
ASEAN, demi lingkungan kawasan yang stabil agar masing-masing negara fokus
dengan pembentukan nation building,
terbentuklah beberapa bentuk kerjasama dibawah ASEAN untuk membantu tercapainya
tujuan tersebut. ASEAN Community adalah satu diantaranya.
Beberapa organisasi telah
terbentuk sebelum ASEAN dengan tujuan yang hampir sama. Namun kesemuanya tidak
dapat memberi kepuasan negara-negara anggotanya hingga akhirnya gugur
satu-persatu. Akan tetapi, ASEAN yang telah berumur lebih dari 40 tahun mampu
bertahan dan terus berusaha mengembangkan tujuan dan prinsipnya. Salah satu
faktor penting yang turut menjaga keberadaan organisasi ini adalah kesamaan
rumpun budaya para negara anggota. Melihat hal ini, dianggap perlu untuk
menciptakan sebuah komunitas yang mampu mengintegrasikan masyarakat di Asia
Tenggara dalam sebuah visi dan misi yang sama. Komunitas inilah yang disebut ASEAN Community.
Pembentukan Komunitas ASEAN
sebenarnya telah disinggung pada visi ASEAN 2020, di Kuala Lumpur pada tahun
1997. Yang intinya adalah harapan atas pembentukan suatu komunitas
negara-negara Asia Tenggara yang terbuka, damai,
stabil dan
sejahtera, saling peduli, diikat bersama dalam kemitraan yang dinamis di tahun 2020 nanti. Selain itu,
komunitas ini bertujuan untuk membahas masalah lokal sebelum mempengaruhi
seluruh kawasan. Kesepakatan pembentukan ASEAN Community sendiri terjadi pada
KTT ke-9 melalui Bali Concord II pada
tahun 2003 di Bali.
Sebenarnya banyak hal yang
menjadi momentum kemudian mendorong lebih cepat hingga tercapainya kesepakatan
pendirian Komunitas ASEAN. Misalnya saja, berakhirnya Perang Dingin,
globalisasi yang terus menjadi wacana hangat, kebangkitan pengaruh ekonomi dan
politik China dan India hingga akhirnya masalah krisis ekonomi yang melanda
Asia. Hal ini dapat dirasakan dari perubahan sikap diplomasi ASEAN yang dulunya
bersifat preventif dengan hanya menjaga hubungan masing-masing negara, kini
menjadi diplomasi yang condong ke arah membangun sebuah komunitas demi
menghadapi globalisasi.
Komunitas ASEAN terdiri atas
3 pilar, yaitu Komunitas Keamanan ASEAN, Komunitas
Ekonomi ASEAN dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN. Berdirinya Komunitas ASEAN tersebut diharapkan
mampu membuat masyarakat Asia
Tenggara tidak gagap dalam menghadapi pasar barang, jasa, dan tenaga kerja
global yang begitu bebas nantinya. Namun, rencana semula ASEAN dalam menerapkan
komunitas ini dipercepat menjadi tahun 2015 melalui KTT di Cebu, Filipina pada
tahun 2007.
Percepatan penerapan
Komunitas ASEAN dilakukan mengingat kondisi dunia yang terus berubah semakin
cepat. Globalisasi produk dan jasa terus masuk ke kawasan Asia Tenggara. Entah
itu dari Amerika, Eropa, terutama China dan India. Hal ini mengingat China dan
India kini menjadi negara yang paling pesat perkembangannya dan siap menjadi
pusat industri dunia, sehingga pembentukan komunitas ini makin dianggap perlu.
Karena, dengan berdirinya Komunitas ASEAN akan lebih memperkuat resistensi
kawasan Asia Tenggara agar lebih bersiap dalam pasar bebas dunia sehingga tidak
tertinggal atau terseret arus.
Dan penerapan tiga pilar
Komunitas ASEAN akan menjadi cara dalam menyatukan kawasan Asia Tenggara. Pilar
pertama yaitu Komunitas Keamanan ASEAN. Melalui pilar ini diharapkan sesama
negara anggota ASEAN akan menjaga kondisi keamanan dan politik di masing-masing
negaranya agar tidak perlu meluas menjadi masalah kawasan apalagi menjadi masalah
internasional. Dengan kondisi kawasan yang terjamin akan menimbulkan
kepercayaan dari negara-negara lain diluar kawasan. Sehingga arus investasi ke
Asia Tenggara tidak akan menimbulkan keraguan negara-negara modal. Selain itu,
dengan terciptanya kondisi stabil kawasan maka konflik lebih mudah dihindari,
atau tersedianya solusi atas konflik yang sedang terjadi. Entah konflik
tersebut terjadi antar etnis atau negara.
Kemudian pilar berikutnya,
Komunitas Ekonomi ASEAN. Tujuan akhir dari pembentukan komunitas ekonomi ini
adalah menciptakan sebuah masyarakat dengan perekonomian yang terintegras,
dimana arus barang, jasa, dan investasi akan lebih mudah masuk. Pentingnya
sebuah perekonomian yang bersatu agar terciptanya sebuah pasar tunggal. Dengan
pasar tunggal, maka arah perekonomian akan lebih jelas sehingga lebih mudah
dijalankan negara-negara anggotanya. Pasar tunggal juga dapat menentukan arus
barang dan jasa di dalam kawasan sehingga tidak terjadi perebutan pasar tapi
pembagian komoditas ekonomi yang jelas dan merata. Tidak perlu lagi ada rebutan
pasar CPO antara Indonesia dan Malaysia, atau pasar beras antara Indonesia dan
Vietnam, dan sebagainya. Terbentuknya ASEAN Free Trade
Area (AFTA), ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) dan ASEAN Investment Area
(AIA) menjadi bukti adanya sebuah mekanisme implementasi
yang kuat ke arah pasar tunggal.
Komunitas Ekonomi ASEAN juga
bertujuan untuk mempersiapkan negara-negara anggota ASEAN agar bersiap dalam
menghadapi persaingan pasar bebas. Hal ini diwujudkan dengan memberikan atau
memperkokoh fasilitas ekonomi atau bisnis peorangan, khususnya dalam sektor
ril, kemudian membentuk mental dan kemampuan masyarakatnya dalam menghadapi
pasar. Dalam hal ini adalah menciptakan pengusaha dan buruh agar memiliki
kemampuan dan bakat yang dibutuhkan. Hal lain yang dibutuhkan selain kesiapan
SDM adalah kesiapan teknologi dan infrastruktur ekonomi dalam kawasan umumnya,
dan negara khususnya.
Pilar terakhir adalah Komunitas
Sosial-Budaya ASEAN. Tidak dapat
dipungkiri, kondisi sosial-budaya adalah salah satu hal yang membuat ASEAN
masih ada hingga sekarang. Kondisi masyarakat dan lingkungan budaya yang sama
pula yang menjadi motivasi utama pembentukan Komunitas ASEAN akan tercapai.
Inti dari pilar terakhir ini dapat dipecah menjadi tiga, yaitu partnership sebagai sebuah komunitas,
peningkatan standar hidup, dan warisan kebudayaan.
Kedepannya warga
negara-negara kawasan Asia Tenggara tidak memandang negara tetangganya sebagai
rival atau lawannya, melainkan “teman seperjuangan”. Masyarakat akan menyadari
bahwa mereka harus bekerja sama demi mencapai tujuan bersama. Karena tanpa
adanya rasa saling menghormati, kekompakan dan harmonisasi kehidupan
bermasyarakat, akan menjadi sangat sulit ketika Asia Tenggara dihadapkan pada
globaliasi dan kroninya. Dibutuhkan partnership
sebagai sebuah komunitas.
Kemudian sesuai dengan
tujuan awal terbentuknya suatu organisasi adalah peningkatan kehidupan
masyarakat anggotanya. Dalam konteks pilar ketiga ini diharapkan masyarakat
ASEAN tidak hanya dalam ekonomi namun akan mengalami peningkatan dalam berbagai
bidang. Misalnya saja masalah pendidikan, kemudian pelatihan serta pemberian
kemampuan kerja lainnya. Selain itu masalah perkembangan teknologi, dan masalah
perlindungan sosial dan jaminan kesehatan. Karena seperti yang diketahui
bersama, beberapa negara dalam kawasan Asia Tenggara masih belum siap menghadapi
dunia yang lebih luas dengan segala kekurangan yang terjadi di negara
masing-masing.
Salah satu langkah kongkrit
dalam menghadapi masalah skill dan
pendidikan di Asia Tenggara adalah dengan penawaran beasiswa oleh Singapura
kepada 9 negara ASEAN lainnya, mulai dari SD, SMP, hingga SMA, yang mencakup
biaya akomodasi, makanan, masalah kesehatan dan asuransi, biaya sekolah dan
ujian. Beasiswa ini disebut juga beasiswa ASEAN. Kemudian didirikannya ASEAN
University Network pada November 1995. Universitas ini didirikan oleh ke-11
negara anggota.
Mengingat keuntungan yang
bisa didapatkan dari kawasan Asia Tenggara, akhirnya begitu banyak kepentingan
yang bermain didalamnya. Salah satu negara yang cukup menjadi “ancaman” adalah
China. Negara yang cukup dekat dari Asia Tenggara ini terus menancapkan
pengaruhnya dalam bidang ekonomi bahkan militer. Dalam bidang ekonomi, dengan
terus menanamkan investasinya dan melakukan kerjasama-kerjasama regional.
Kemudian, dalam bidang militer dengan penjualan senjata yang memiliki harga
yang lebih murah dibanding Eropa dan AS membuat China memiliki bargaining point yang kuat di Asia. Hal
inilah yang mendorong wilayah Asia Pasifik, khususnya Asia Tenggara menjadi
konflik kepentingan antara AS dan China. Hal inilah yang membuat dirasa
perlunya mempererat hubungan antar sesama negara Asia Tenggara. Diperlukan
sikap kolektif dalam menyatukan kekuatan untuk menghadapi tantangan ini. Demi
mengurangi konflik kepentingan negara asing di kawasan Asia Tenggara.
Kemudian masalah perairan
yang sering menimpa negara-negara maritim. Mulai dari masalah penangkapan ikan
di wilayah negara lain, penyelundupan senjata dan narkoba, hingga
imigran-imigran gelap. Banyak kasus di wilayah perairan yang terjadi akibat
lalainya keamanan negara tersebut, kondisi dan suasana negara saat itu, atau
ketertinggalan teknologi transportasi laut. Ketika Komunitas ASEAN telah
terbentuk diharapkan semua masalah-masalah seperti ini tidak ada lagi. Karena
salah satu pilarnya yang menganggap bahwa negara lain adalah teman, maka
negara-negara akan saling bahu-membahu menyelesaikannya. Meskipun hingga saat
ini belum ada wacana yang diangkat terkait menjadikan ASEAN sebagai sebuah blok
atau pakta pertahanan.
Pendirian Komunitas ASEAN
bukannya tidak menemui halangan dan hambatan. Banyak hal yang ikut menahan laju
pembentukan komunitas ini. Misalnya saja masalah kedaulatan. Hal ini akibat
masalah politik-keamanan adalah hal yang masih sangat sensitif di negara-negara
Asia Tenggara. ASEAN menerapkan hak tidak diintervensi oleh negara lain sangat
kaku sehingga sangat sulit untuk suatu negara mencoba mempengaruhi kebijakan
suatu negara. Namun hal ini sangat sulit bahkan tidak mungkin dihilangkan,
mengingat kondisi konstelasi politik di Asia Tenggara yang berbeda antar negara.
Kekakuan ini juga menjadi salah satu alasan hingga beberapa negara yang
cenderung totaliter, diktator, atau menerapkan militer akhirnya mau bergabung
dengan ASEAN hingga genap 10 negara. Jadi kekakuan non-intervensi ini mungkin akan berlangsung cukup lama.
Masalah lain adalah masih
adanya sedikit perasaan belum nyaman antar negara. Hal ini dapat dilihat dari
konflik antar negara yang cenderung terjadi hingga saat ini. Mulai dari perang
klaim warisan budaya, sikap militerisme yang opresif yang dalam suatu negara,
perebutan kuil di perbatasan dua negara, dll. Sikap antar negara yang memang
susah untuk mengalah membuat konflik antar negara sangat rentan terjadi dan
sulit untuk terselesaikan.
Ketidaksiapan beberapa
negara, entah dari segi teknologi, kualitas sumber daya manusia, atau kondisi
politik dalam negeri, akan mempersulit langkah menuju Komunitas ASEAN.
Dikhawatirkan persaingan bebas yang akan terjadi dapat menenggelamkan
negara-negara yang belum siap. Contoh mudah, di Indonesia misalnya. Masalah
pendidikan adalah sebuah isu yang belum terselesaikan hingga sekarang.
Perbedaan kondisi pemdidikan di ibukota dan wilayah-wilayah pinggiran atau
pedalaman sangat terasa. Mendiknas yang kemudian menerapkan penyamaan standar
kelulusan membuat kondisi menjadi jauh lebih parah. Akibatnya banyak yang tidak
lulus atau terancam tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Ketidaksiapan
dari segi kualitas ini akan menciptakan kekalahan dalam persaingan nantinya,
walaupun hanya sesama negara Asia Tenggara.
Hambatan berikutnya dan
masih ada hingga sekarang dalam pembentukan Komunitas ASEAN adalah kepentingan
pembentukan komunitas ini apakah justru menjadi tunggangan negara besar seperti
AS. Dapat diperhatikan pada awalnya negara-negara di Asia Tenggara sebelum
membentuk ASEAN terbagi atas ideologi negara masing-masing. Berdirinya ASEAN
bertepatan dengan normalisasi hubungan Indonesia dan Malaysia oleh Presiden
Soeharto. Sementara diketahui bersama bahwa naiknya Jenderal tersebut menjadi
Presiden sangat sarat dengan peran Amerika Serikat. Dengan Supersemar yang
kontroversial, Indonesia kemudian mulai membuka hubungan dengan negara-negara
berasaskan liberalisme yang pernah ditinggalkan. Kemudian berbalik meninggalkan
negara-negara komunis.
Pada awal pendirian ASEAN
sendiri hanya ditandatangani oleh lima negara yang “kebetulan” tidak menganut
komunisme. Kemudian setelah Perang Dingin berakhir satu-persatu negara-negara
lain menyusul masuk menjadi anggota ASEAN. Brunei Darussalam masuk menjadi
anggota ASEAN pada tanggal 8 Januari 1984, segera setelah merdeka pada 1
Januari 1984. Kemudian Kamboja menyusul setelah kondisi politik dalam negeri
mulai stabil pada 30 April 1999. Namun, bisa diperhatikan bahwa dua negara yang
mengadopsi komunisme menjadi bagian ASEAN setelah berakhirnya Perang Dingin
sangat kental isu ideologi.
Vietnam menjadi anggota
ASEAN setelah mereka mulai membuka negaranya sebagai tempat investasi asing.
Tepatnya setelah menjalankan kebijakan Doi Moi yang lebih membuka pasar.
Kemudian disusul yang AS membuka embargonya atas Vietnam pada 1994. Masuknya
Vietnam ke ASEAN juga ditandai dengan penandatanganan yang dilakukan oleh
Vietnam untuk memberi ruang birokrasi kepada non-komunis di Paris .
Berakhirnya Uni Sovyet
sebagai sekutu penting Laos menyebabkan kepemimpinan partai komunis di Laos
terancam. Hal ini diperparah dengan Vietnam yang menarik pasukannya dari Laos.
Gonjang-ganjing dalam tubuh pemerintahan Laos memaksa diadakannya pemilu.
Setelah Nouhak Poumsavan, presiden terpilih Laos menjabat, ia mulai melakukan
normalisasi hubungan dengan Amerika Serikat setelah sebelumnya merubah susunan
konstitusi yang sangat komunis.
Politik, ekonomi, dan
sejarah dalam dunia internasional adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Mereka saling terkait dan menjadi satu paket yang sama. Dalam membahas politik
akan diperlukan penjalasan ekonomi, dan begitu pula sebaliknya ketiganya saling
berhubungan. Komunitas ASEAN memikul harapan besar banyak orang mengingat
prinsip dan tujuan kolektifnya. Diharapkan komunitas ini akan mampu memperbaiki
citra ASEAN khusunya di mata masyarakatnya sendiri yang mulai luntur dan
dianggap tumpul. Tidak terhanyut penggalan-penggalan sejarah ASEAN sebagai
sebuah kebanggan masa lalu. Kemudian kawasan Asia Tenggara jika telah menjadi
sebuah komunitas maka negara-negara didalamnya akan memiliki bargaining position yang kuat di mata
dunia internasional. Selain itu kawasan ini adalah sebuah pangsa pasar yang
sangat luas, dengan sumber daya alamnya yang masih melimpah, dan jumlah tenaga
kerja yang luar biasa membuat ASEAN dalam segi ekonomis sangat menarik minat
negara-negara produsen dunia. Kondisi ekonomi kawasan Asia Tenggara akan
mempengaruhi pengaruh politiknya di dunia. Sementara kestabilan kondisi politik kawasan ini akan
menjamin keberlangsungan ekonominya. Tanpa terlepas dari sejarah dan kondisi
negara-negara Asia Tenggara hingga saat ini. Karena semuanya akan saling mempengaruhi.
Referensi utama:
ASEAN MENATAP MASA DEPAN; 40 TAHUN ASEAN, Direktorat Jederal Kerjasama
ASEAN Departemen Luar Negeri RI, Jakarta: 2007
No comments:
Post a Comment