Dalam
dunia Hubungan Internasional terdapat tiga Grand
Theory yang menjadi dasar pemahaman ilmu Hubungan Internasional, yaitu
Realisme, Liberalisme, dan Marxisme. Ketiga teori ini mencoba memahamkan dunia sebagai bagian dari diri
mereka. Misalnya, realisme yang menganggap bahwa dunia adalah sebuah sistem
internasional yang anarkis dan setiap negara harus kuat dan mampu bertahan dari
negara lainnya, liberalisme yang sangat menghargai hak-hak dan kebebasan setiap
manusia dalam mengurus hidup mereka dan negara mendapat porsi yang kecil untuk
mengurusnya, kemudian terakhir adalah marxisme dan sistem kelas masyarakat
internasionalnya .
Pasca runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, dan akibat
perkembangan teknologi informasi serta demokrasi di seluruh dunia mendorong
kemunculan semangat pluralisme. Pluralisme menekankan pentingnya identitas,
politik, dan interaksi negara maupun aktor internasional lainnya. Kemudian, adanya
pergeseran dari pentingnya metode dan nilai-nilai yang dianut positivist menjadi pentingnya penekanan
sebuah interpretasi dan pengetahuan adalah awal perdebatan antara post-positivist dan epistemological approach (Lapid ,1989).
Post-positivisme adalah sebuah penyebutan umum untuk
menandai teori maupun pendekatan yang mulai berkembang sejak akhir 1970an. Beberapa
teori atau pendekatan yang masuk dalam post-positivisme adalah critical theory, konstruktivisme,
feminisme, dan postmodernisme. Selain itu, dalam post-positivisme terdapat
sebuah perdebatan terori hubungan internasional yang bersifat normatif antara
kosmopolitanisme dan komunitarianisme (Wendt, 1999; Walker, 1993; Linklater,
1998; Sylvester, 1994). Kemudian, dalam karya tulis ini selanjutnya akan
dibahas lebih jauh mengenai apa itu kosmopolitanisme dan bagaimana
perkembangannya.
KOSMOPOLITANISME (COSMOPOLITANISM)
Dasar pemahaman kosmopolitanisme adalah bersumber dari
peradaban Barat. Pemikiran utama cosmopolis
atau kota universal memiliki peranan penting dalam filosofi Stoic dan
kekristenan. Beberapa teori politik dan sosial telah mengakui konsep ini. ada
yang menganggapnya sebagai bagian dari politik kiri dan ada juga yang
menganggapnya sebagai sebuah alternatif bagi nasionalisme yang etnosentrik.
Menurut Oxford
English Dictionary, kosmopolitanisme berasal dari kata cosmophil yang berarti seseorang yang akrab dengan dunia dan
menghindari kekerasan. Sementara itu, menurut Colin Wight, kosmopolitanisme
merupakan sebuah doktrin yang percaya bahwa kesetiaan politik kedaerahan harus
dihilangkan demi identifikasi etik yang lebih tinggi dengan kemanusiaan, dan
masyarakat internasional harus dikorbankan dalam prosesnya.
Terdapat banyak definisi para ahli Hubungan
Internasional dalam memahami kosmopolitanisme, namun sebuah titik awal mampu
menyatukan mereka. Titik awal tersebut adalah sebuah anggapan bahwa manusia
memiliki dua kewajiban, yaitu sebagai warga sebuah kota dan warga dari dunia.
Sehingga setiap manusia memiliki kewajiban untuk menyebarkan kebaikan dan
menghindari penggunaan kekerasan maupun dampak yang mampu merusak.
Salah satu alasan utama kemunculan kosmopolitanisme
dalam dunia internasional adalah akibat meningkatnya kesadaran antar negara
dalam berbagai isu atau masalah internasional yang tidak dapat mereka
selesaikan sendiri, meskipun itu adalah bagian dari agenda politik
internasional mereka. Misalnya saja masalah kemanusiaan, kejahatan
transnasional, dan lingkungan. Selain itu, munculnya individu-individu atau
tingkatan non-state yang memiliki
kelebihan daripada negara dalam menghadapi berbagai persoalan dunia
internasional ikut menguatkan kehadiran kelompok cosmopolist. Mengingat bahwa individu tidak perlu memiliki sikap
atau formalitas yang dimiliki oleh negara, membuat mereka bisa lebih cepat dan
reaksioner dalam sebuah isu atau wacana. Selain itu, adanya beberapa aktor yang
memang telah memiliki kedekatan dalam masalah tersebut, baik melalui orang atau
jaringan, tempat dan waktu, atau kebudayaan yang ikut mendukung kesiapan mereka
dibandingkan dengan negara.
Bagi beberapa ahli teori, kosmopolitanism mengacu
kepada kemungkinan-kemungkinan yang melingkupi demokrasi global dan masyarakat
dunia atau sebuah kerangka kerja bagi kerjasama antara gerakan sosial antar
bangsa. Dengan meningkatnya publikasi mengenai kosmopolitanisme, juga ikut
terbuka tiga cara untuk memahami dan mempelajari lebih jauh apa yang dimaksud
kosmopolitanisme. Tiga cara itu adalah:
1. Kosmopolitanisme
mengacu kepada kondisi sosiokultural sesuai dengan tujuan sebuah dunia
kosmopolitan. Seiring jalan, semakin banyak manusia yang akan melakukan
perjalanan jauh yang melintasi batas negara, politik dan budaya, yang berarti
mereka akan merasakan berbagai macam makanan, adat, busana, dll. Namun
demikian, paham ini hanya membatasi lingkupannya kepada kelompok elite yang memiliki kemampuan untuk
melakukannya, misalnya saja orang-orang kaya, akademisi, ilmuwan, atlet, dan
semua tipe manusia seperti ini yang tidak terikat dalam kepentingan politik
tertentu. Jadi kosmopolitanisme adalah masalah konsumerisme, bagaimana seorang elite memiliki kekayaan disbanding yang
lainnya dan menggunakannya untuk menuju berbagai tempat di dunia.
2. Kosmopolitanisme
mengacu kepada ideologi dan filosofi. Dalam hal ini, filsuf politik kontemporer
mencoba membagi dan memasukkan diri mereka sebagai komunitarian, yaitu mereka
yang percaya bahwa prinsip moral dan tanggungjawab harus ditempatkan terpisah
dan terkotak-terkotak dan juga secara konstektual, dan cosmopolitan, yaitu
mereka yang melihat diri mereka sebagai bagian dari masyarakat dunia, lalu
berusaha menciptakan sebuah lingkungan beradab dengan pengakuan segala hak
azasi manusia secara ideal.
3. Kosmopolitanisme
adalah sebuah proyek politik bagi aturan baru struktur politik transnasional
yang disebut juga sebagai cosmopolitan
democracy. Konsep ini berusaha menciptakan global governance yang memiliki kemampuan dalam membatasi
kedaulatan negara. Sehingga pada akhirnya kekuasaan sebuah negara dalam
beberapa sector akan dapat dicampuri oleh kehadiran para cosmopolitan ini. dua
wilayah yang telah menjadi lokasi potensial untuk menciptakan kondisi ini
adalah Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Hingga
saat ini dalam beberapa konsep, kosmopolitanisme masih menjadi sebuah hal yang
abstrak. Beberapa ahli yang meneliti dan mengkaji kosmopolitanisme antara lain
Martha Nussbaum yang sedang mengkaji visi yang lebih detail tentang pendidikan
kosmopolitan, kemudian David Held yang mempelajari demokrasi kosmopolitan. Ia
bahkan mampu membagi kosmopolitanisme menjadi tiga tipe, yaitu: politik, legal,
dan liberal. David Held bertujuan untuk mengkaji lebih dalam mengenai tugas,
prerogatif institusional, hak moral, dan faktor politik etis para kosmopolitan
yang bertujuan menciptakan tatanan konstitusional dunia baru.
Sebagai Referensi:
Linklater, Andrew and Hidemi
Suganami. 2006. The English School of International
Relations, New York: Cambridge University Press.
Jahn, Beate. 2006. Classical Theory in International Relations,
New York: Cambridge University Press.
Griffiths,
Martin, Terry O’Callaghan and Steven C. Roach. 2008. International Relations: The Key Concepts Second Edition, Oxon: Routledge.
Burchill,
Scott, Andrew Linklater, Richard Devetak, Jack Donnelly, Matthew Paterson,
Christian Reus-Smit and Jacqui True. 2005. Theories
of International Relations Third Edition,
New York: Palgrave Macmillan.
3 comments:
ion titanium hair color - Tiara Arts
ion titanium hair color. $4.99 Triton: $2.99 Titanium Tone: $14.99 Triton: $1.99 Triton: $3.99 titanium band ring Triton: $4.99 titanium apple watch Triton: $7.99 Triton: microtouch titanium trim $10.99 Triton: $3.99 Triton: $13.99 Triton: $12.99 Triton: $14.99 Triton: $15.99 titanium bicycle Triton: $20.99 Triton: $19.99 Triton: $22.99 Triton: $25.99 Triton: $28.99 Triton: $29.99 ford edge titanium 2021 Triton
q068z6vjrwn632 real dolls,wholesale sex toys,couples sexy toys,vibrators,silicone sex doll,Rabbit Vibrators,sex toys,sex chair,penis sleeves b276l9ivaqv159
s885f3mress752 japanese sex dolls,sex chair,Wand Massagers,couples sexy toys,finger vibrator,anal toys,vibrating dildos,wolf dildo,realistic vibrators s438c2wthwa282
Post a Comment